'cookieChoices = {};' Kesempurnaan Murah Hati (Dāna Pāramitā) | aneka wawasan

Hayo Berpikir Secara Luas

Pages

Powered by Blogger.

Popular Posts

Blogger news

Visitors

Blogger templates

Visitor

Kesempurnaan Murah Hati (Dāna Pāramitā)

Sebelum nya Kitab Sutra Intan


Kesempurnaan Murah Hati (Dāna Pāramitā)

Pada waktu Sang Buddha menguraikan kepada hadirin di dalam sidang tersebut:
“Setiap makhluk yang hidup di dunia ini, mulai dari Bodhisattva Mahasattva tertinggi, dapat mengikuti apa yang akan kuajarkan kepadamu ini, oleh karena pelajaran ini akan membawa pembebasan bagi setiap makhluk hidup baik yang melalui pengeraman telur, atau yang terbentuk dalam kandungan (metamorphose) atau dari telur ikan, ataupun menjelma dari lendir-lendir, dengan bentuk maupun tidak berbentuk, memiliki kesanggupan berpikir ataupun tanpa akal, ataupun kosong dan tidak kosong, kedua-duanya semuanya itu dapat di bimbing mencapai kesempurnaan Nirvana. Sekalipun makhluk-makhluk yang akan  kubebaskan amat banyak jumlahnya dan tidak terbatas, akan tetapi sebenarnya, tidak ada makhluk-makhluk yang akan dibebaskan. Mengapakah demikian, Subhuti? Oleh karena seandainya didalam pikiran Bodhisattva Mahasattva terdapat konsepsi demikian seperti gejala-gejala adanya ke Akuan pribadi, ke Akuan pribadi orang lain, keAkuan yang terbagi didalam jumlah yang tidak terbatas dari makhluk-makhluk yang hidup dan yang mati atau keAkuan yang disatukan dalam suatu aku maha besar (Universal Self) yang kekal, mereka sesungguhnya tiada harganya untuk di sebut Bodhisattva Mahasattva.
Terlebih pula, Subhuti, para Bodhisattva Mahasattva dalam memberikan pelajaran dharma kepada yang lain, pertama-tama harus dapat membebaskan diri dari pada pikiran-pikiran yang mengikat, dibangkitkan oleh penglihatan-penglihatan elok, suara-suara merdu, rasa-rasa manis, bau-bauan harum, sentuhan-sentuhan yang lembut, dan pikiran-pikiran yang merindukan ( yang memabukkan). Didalam mempraktekan kemurahan hati kedermawanan, mereka harus tidak dipengaruhi oleh gejala-gejala yang memabukkan merindukan ini. Dan mengapakah harus demikian. Oleh karena, Jikalau dalam mempraktekan kemurahan hati (kedermawanan) mereka tidak dipengaruhi oleh hal-hal tersebut, mereka akan menikmati suatu keberkahan dan kebahagaiaan yang tidak ada taranya dan tak dapat digambarkan oleh kata-kata. Betapa pendapatmu Subhuti? Adakah itu mungkin untuk menaksir jaraknya ruang angkasa di surga-surga sebelah Timur?
Tidak mungkin. Yang di rahmati! Tak mungkin orang dapat menafsir jaraknya ruang angkasa di surga-surga sebelah Timur.
Subhuti. Adakah itu mungkin orang menduga batas-batasnya ruang angkasa di sebelah Utara, Selatan, Barat? Atau ke salah satu penjuru dari alam semesta ini atau keatas maupun kebawah??
Tidak yang di muliakan seantero dunia.
Subhuti, ketidak-mungkinan itu serupa dengan jika orang hendak menafsir besarnya berkah atau bahagia yang di limpahkan kepada Bodhisattva Mahasattva, yang melatih kemurahan hati (kedermawanan) tanpa dipengaruhi oleh salah satu dari pada pandangan-pandangan pengantara itu kebenaran ini harus diajarkan kepada setiap makhluk didalam langkah permulaan.
Sang Buddha melanjuti pelajarannya. Bagaimana pendapatmu, Subhuti? Jika seorang siswa melakukan amal sebanyak kekayaan dari tujuh rupa benda-benda berharga yang cukup untuk mengisi tiga ribu dunia-dunia besar, akankah dia mendapatkan keberkahan dan kebahagiaan yang berlimpah-limpah?
Subhuti menjawab: Yang Di muliakan oleh seantero dunia! Siswa yang demikian itu akan menerima keberkahan yang berlimpah-limpah.
Sang Buddha bersabda: Subhuti, jikalau keberkahan dan kebahagiaan itu kosong belaka, jikalau itu pada hakekatnya bukan lain daripada hanya kata-kata belaka. Sang Tathagata tidak akan memakai kata-kata “bahagia dan Berkah.”
Bagaimana pendapatmu Subhuti? Tidakkah atom-atom debu ini tidak berarti bahwa dia mempunyai konsepsi sekehendak hatinya dan terbatas di dalam pikirannya dia sekedar menggunakan istilah itu hanya sebagai gambaran percakapannya belaka. Hal ini serupa pula dengan istilah-istilah “jagat-jagat yang besar” mereka tidak menyatakan didalamnya pikiran-pikiran terbatas, dan pengantara dia menggunakan istilah-istilah itu sebagai istilah-istilah belaka.
Subhuti, Jika ada seorang siswa baik-baik dan penuh bakti pria maupun wanita, untuk amal telah mengorbankan jiwanya dari satu kehidupan kelain kehidupan demikian banyaknya seperti jumlah butir-butir pasir dari tiga ribu alam-alam besar itu, dan siswa yang lainnya mempelajari dan menyelidiki hanya sebuah bait dari kitab ini dan menjelaskan itu kepada orang-orang lain, Kebahagiaan dan berkah baginya akan jauh lebih besar adanya.
Dan bagaimana pendapatmu, Subhuti? Jika seorang siswa menyebarkan dana sebanyak tujuh benda-benda berharga yang cukup mengisi tiga ribu jagat-jagat besar, apakah kepadanya akan dilimpahkan kebahagiaan dan keberkahan yang amat besar?
Subhuti menjawab: Suatu kebahagiaan dan berkah yang amat besar. Dan mengapakah demikian? Oleh karena apa yang Guru maksudkan dengan “berkah dan bahagia” itu tidak dapat mengenakan atas jumlah atau nilai objektif, Beliau hanya menggunakan itu didalam arti yang nisbi (relative).
Sang Buddha melanjutkan: Jikalau ada seorang siswa lainnya, setelah mempelajari dan menjalankan sekalipun hanya sebagian dari kitab ini, dan menguraikan artinya kepada orang banyak, berkah dan bahagianya akan jauh lebih besar adanya. Dan mengapakah demikian oleh karena penerangan-penerangan ini para Buddha telah mencapai kebijaksanaan sempurna yang tertinggi (anuttara-samyak-sambodhi / anuttara-samma-sambuddha) dan ajaran-ajaran mereka ini berdasarkan kitab-kitab suci ini. Akan tetapi Subhuti, pada saat kami mengucapkan kata-kata Buddha dan Dharma ini, pada detik itu pula kami harus menarik kembali perkataan-perkataan itu. Oleh karena sebenarnya tiada Buddha dan tiada Dharma.
Kemudian Sang Buddha meneruskan pelajaran nya: Sewaktu seorang Bodhisattva Mahasattva memulai latihannya untuk mencapai anuttara samyak sambodhi / anuttara samma sambuddha, Ia harus melepaskan seluruh ikatan-ikatan juga yang berkenaan dengan segala konsepsi-konsepsi palsu tentang kejadian-kejadian, sewaktu dia berpikir, dia harus tegas menghentikan segala sangkut paut dengan unsure-unsur penglihatan, suara, bau-bauan, raba, dan segala peristiwa yang menyangkut pada panca inderanya dan mempertahankan kesadarannya bebas dari segala konsepsi-konsepsi palsu tentang gejala-gejala tersebut. Adakalanya pikiran itu terganggu oleh perbedaa-perbedaan dari penangkapan konsepsi-konsepsi indra dan konsepsi-konsepsi perantara sebagai kelanjutan jalannya pikiran, oleh karena pikiran itu terganggu hingga jatuhlah ia pada renungan yang keliru yaitu yang menganggap adanya aku dan hubungannya pada aku-aku yang lain. Oleh karena itu Sang Tathagata telah berkali-kali menganjurkan kepada para Bodhisattva Mahasattva untuk melaksanakan latihan latihan dananya (amal) atau kemurahan hatinya, sedemikian rupa sehingga tidak di pengaruhi oleh suatu konsepsi yang semau-maunya saja (arbitrary) tentang gejala-gejala yang berhubungan dengan penglihatan, suara dan lain-lainnya.
Seorang Bodhisattva Mahasattva juga harus memberikan pertolongan, pemberian itu tidak boleh di pegaruhi oleh pikiran-pikiran yang di rancang lebih dahulu untuk maksud si aku atau aku-aku lain (maksudnya orang banyak tertentu) dan, atau untuk keuntungan-keuntungan tertentu bagi makhluk-makhluk yang hidup, selamanya ia harus perhatikan bahwa semua kejadian-kejadian dan makhluk hidup itu semata-mata hanya ungkapan / pernyataan belaka. Walaupun demikian, Subhuti, pelajaran-pelajaran dari Tathagata itu semuanya benar, dapat dipercaya, dan langgeng, Pelajaran-pelajaran itu tidak luar biasa (ajaib) maupun khayal. Itupun benar bagi jalan untuk mencapai tingkat Tathagata, mereka harus dianggap baik sebagai bukan kenyataan maupun bukan-bukan kenyataan.
Subhuti, jikalau dalam seorang Bodhisattva Mahasattva, didalam melatih dermawan (Dana) timbul suatu konsepsi di dalam pikirannya yang membedakan dirinya sendiri dengan diri-diri orang-orang lainnya, dia serupa dengan orang-orang yang berjalan di tempat gelap dan tidak melihat apa-apa. Akan tetapi jikalau seorang Bodhisattva Mahasattva, di dalam melatih kemurahan hati, tiada mempunyai konsepsi palsu di dalam pikirannya dari mencapai kebahagiaan dan keberkahan yang dapat dicapai di dalam latihan yang demikian ia merupakan seorang yang mempunyai penglihatan sehat, yang melihat segala unsure-unsur itu demikian terang bagaikan di bawah cahaya matahari. Jikalau di kemudian hari atau zaman yang akan datang, ada siswa-siswa yang baik dan penuh bakti, baik pria maupun wanita, yang dengan cakap dan sungguh dapat menyelidiki dan mempelajari kitab suci ini, hasil usahanya itu dan berkah yang akan didapatkan sungguh tanpa nilai serta jasa-jasanya akan di ketahui dengan lekas dan dihargakan oleh Tathagata dengan mata transcendent (mata bathin / mata dewa).

Selanjutnya Kesempurnaan WelasAsih Dan Tanpa Aku

Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Religi dengan judul Kesempurnaan Murah Hati (Dāna Pāramitā). Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://anekaforall.blogspot.com/2014/04/kesempurnaan-murah-hati-dana-paramita.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: irawan - Monday, April 21, 2014

Belum ada komentar untuk "Kesempurnaan Murah Hati (Dāna Pāramitā)"

Post a Comment