'cookieChoices = {};' Kesempurnaan Kebijaksanaan Luhur (Prajñā Pāramitā) | aneka wawasan

Hayo Berpikir Secara Luas

Pages

Powered by Blogger.

Popular Posts

Blogger news

Visitors

Blogger templates

Visitor

Kesempurnaan Kebijaksanaan Luhur (Prajñā Pāramitā)

Kesempurnaan Kebijaksanaa Luhur
Sebelum nya Kesempurnaan-Dhyana

Kesempurnaan Kebijaksanaan Luhur (Prajñā Pāramitā)

Bagaimanakah pendapatmu, Subhuti? Adakah Sang Tathagata itu telah mencapai sesuatu yang dapat dikatakan sebagai Anuttara samyak sambodhi / Anuttara samma sambuddha? Sudahkah Beliau mengajarkan itu??
Subhuti menjawab ; sepanjang pengertian saya tentang ajaran Sang Buddha, bahwa tiada terdapat Anuttara samyak sambodhi / Anuttara samma sambudha, tiada pula mengkin bagi Sang Tathagata untuk mengajarkan sesuatu Dharma yang tertentu. Dan mengapakah? Oleh karena barang sesuatu yang diajarkan oleh Sang Tathagata adalah, di dalam inti sarinya tidak dapat dimengerti dan tidak mungkin dicapai oleh akal pikiran , ajaran-ajaran beliau bukan barang yang berwujud, bukan pula tidak berwujud, dan pula bukan hal-hal yang ajaib bukan pula tidak luar biasa. Apakah maksudnya ini?? Ini berarti Yang Mulia Buddha-Buddha dan Bodhisattva Mahasattva itu bukannya memperoleh penerangan itu dari ajaran yang tertentu, tetapi dengan proses intuisi yang sewajarnya dan timbul dengan sendirinya (spontan).
Kemudian Sang Buddha bertanya kepada Subhuti, Bagaimana pendapatmu Subhuti, adakah itu mungkin untuk mengenal Sang Tathagata dengan tanda-tanda yang tiga puluh dua dari kesempurnaan badan jasmani??.
Subhuti menjawab:, Ya, Yang Maha Mulia, Guru Suci, Sang Tathagata itu dapat dikenali secara demikian.
Subhuti, jikalau demikian adanya, maka Chakravartin, raja dunia di dalam dongeng kuno (yang juga mempunyai tiga puluh dua tanda-tanda kesempurnaan badan jasmaninya) dapat di golongkan diantara para Tathagata.
Kemudian, setelah Subhuti insyaf atas kekeliruannya itu, berkata :, Yang Dimuliakan oleh seantero alam-alam! Kini Insyaflah hamba bahwa Sang Tathagata itu tidak dapat di kenalkan berdasarkan hanya tanda-tanda keistimewaan badan jasmani yang tiga puluh dua itu.
Sang Guru Suci Buddha lalu melanjutkan:, Seandainya seseorang dengan memandang bentuk muka atau rupa yang menyerupai pada Sang Tathagata, dan dia berkata telah mengenal Sang Tathagata itu sendiri, lalu memuja dan mempersembahkan barang-barang sedekah untuk Beliau, kau harus menganggap manusia yang sedemikian itu sebagai orang mustajilah (bid’ah) karena dai sebenarnya tidak mengetahui Sang Tathagata yang sejati.
Bagaimanakah pendapatmu, Subhuti? Adakah itu mungkin untuk melihat Sang Tathagata sekalipun itu didalam bentuk badan jasmani??
Tidak, Yang Dirahmati oleh seantero alam-alam! Hal ini tidak mungkin sekalipun hanya di dalam bentuk badan jasmaninya, mengapakah demikian? Oleh karena tanda-tanda bentuk badan jasmaninya itu tidaklah sama dengan Sang Tathagata yang sejati.
Kau benar, Subhuti. Tanda-tanda dari bentuk badan jasmani itu seluruhnya adalah ilusi (khayal) belaka hal ini baru berakhir setelah sang siswa sendiri mengenal ini baru dia dapat mengenal Sang Tathagata sejati.
Bagaimanakah pendapatmu Subhuti? Mungkinkah orang-orang mengenal sifat-sifat Sang Tathagata dengan melihat pada tanda-tanda yang tiga puluh dua dari keistimewaan badan jasmaninya? Dan mengapakah? Oleh karena apa yang dikatakan oleh Tathagata dengan “tiga puluh dua tanda-tanda keistimewaan badan jasmani” bukannya menyatakan tertentu atau sebagai pengantara dari sifat-sifat atau mutu-mutu seorang Buddha. Perkataan itu digunakan hanya sebagai suatu gambaran dari percakapan belaka.
Sang Buddha bersabda:, Subhuti, jikalau seorang siswa akan berkata Sang Tathagata kini sedang mendatangi, pergi, duduk ataupun sedang berbaring, dia sebenarnya tidak mengerti pokok dari pelajaran yang kami berikan. Mengapakah? Oleh karena perkataan “Tathagata” itu sendiri berarti “Beliau yang telah datang” dan “Beliau yang telah pergi”, maka Tathagata sejati itu sebenarnya tidak pernah datang dari tempat manapun dan tidak pernah pergi ke tempat manapun juga. Nama Tathagata itu tak lain hanya suatu perkataan belaka.
Seterusnya Sang Buddha bertanya pula kepada Subhuti:, Dapatkah Sang Tathagata itu di ketahui seluruhnya dengan manifestasi dari bentuk jasmaninya (baik dari badan wujudnya maupun pikiran-pikirannya??)
Tidak, Yang Maha Suci, Guru sejati! Sang Tathagata itu tidak mungkin di ketahui seluruhnya dengan jalan mengenali manifestasi didalam bentuk jasmaniah. Mengapakah? Oleh karena pernyataan bentuk jasmaniah itu tidaklah cukup untuk lahirkan KeBuddhaan (Buddhahood). Itu hanya dapat melayani sebagai pengantara belaka, suatu isyarat daripada yang tidak dapat ditembusi.
Bagaimanakah pendapatmu Subhuti? Dapatkah Sang Tathagata itu dikenal seluruhnya dengan salah satu atau seluruhnya dari perubahan-perubahan bentuk transcendental. Dan mengapakah? Oleh karena apa yang barusan Sang Tathagata itu mengatakan dengan “perubahan-perubahan bentuk transcendental” bukan lain daripada gambaran pengutaraan belaka. Sekalipun para Bodhisattva Mahasattva yang tertinggi tidak mungkin dapat meyakinkan seluruhnya (fully realize) Sang Tathagata itu sekalipun dengan intuisi yang dasarnya tidak diduga-duga (disangkal).
Sang Guru Suci melanjutkan:, Subhuti, janganlah berpikir salah satu saja dari keduanya yang berlawanan, apabila Sang Tathagata itu mencapai Anuttara samyak sambodhi / Anuttara samma sambuddha hal ini bukanlah karena Beliau memiliki tanda-tanda tiga puluh dua keistimewaan badan jasmaninya. Janganlah berpikir sedemikian. Jika kamu berpikir demikian, maka apabila kamu memulai dengan latihan-latihan untuk mencari sehingga mencapai Anuttara samyak sambodhi / Anuttara samma sambuddha kau akan berpikir bahwa system-system dan semua konsepsi konsepsi tentang kejadian-kejadian itu harus dipotong dan ditolak. Janganlah berpikiran sedemikian. Mengapakah? Oleh karena apabila seorang siswa melatih diri untuk mencapai sehingga mencapai Anuttara samyak sambodhi / Anuttara samma Sambuddha ia harus tidak menerima dan tidak menolak segala konsepsi-konsepsi pengantara tentang kejadian-kejadian tersebut.
Sang Buddha kemudian memperingatkan Subhuti, dengan mengatakan :, Subhuti, janganlah berpikir bahwa Sang Tathagata itu pernah berpikir didalam pikiran Nya. “kami harus mengumumkan suatu system pengajaran untuk menerangkan Dharma”. Janganlah memelihara anggapanyang sangat rendah ini. Dan mengapakah? Oleh karena jika seorang siswa menempatkan pikiran rendah yang sedemikian itu didalam kalbunya dia bukan saja tidak mengerti pelajaran Sang Tathagata, tetapi juga seakan-akan memfitnah dirinya sendiri “suatu system pengajaran” tidak mempunyai arti sesuatu apa, oleh karena kebenaran itu tidaklah dapat dikerat-kerat, dipisah-pisahkan ataupun diatur sedemikian rupa sehingga menjadi sesuatu system (susunan). Perkataan-perkataan itu hanyalah dapat dipakai sebagai gambaran percakapan belaka.
Setelah mendengar ini Yang Mulia Subhuti karena kesadaran dan pengertian yang murni itu berkata kepada Y.M.S. Buddha :, Guru Suci Yang Diberkahi! Di dalam masa-masa yang akan dating jika makhluk-makhluk yang hidup itu mendapat kesempatan untuk mendengarkan Kitab Suci ini akankah mereka tersadar dan memperoleh penerangan bathin di dalam dirinya tentang hal-hal yang pokok berhubungan dengan unsure-unsur kebenaran.
Sang Buddha menjawab :, Subhuti, mengapakah kamu masih bertekun dengan konsepsi-konsepsi keliru semacam itu? Tidaklah ada seperti makhluk-makhluk hidup maupun yang tidak hidup. Dan mengapakah, Subhuti? Oleh karena apa yang ada didalam pikiranmu tentang makhluk-makhluk hidup itu tidaklah real dan tidak pernah ada (non existent). Bilamana Sang Tathagata telah menggunakan istilah-istilah didalam ajaran-Nya itu. Beliau hanya memakai itu sebagai gambaran percakapan belaka. Dan oleh sebab itu maka pertanyaan itu tidak berdasar.
Sekali lagi Subhuti bertanya :, Guru Yang Dirahmati! Ketika Guru mencapai Anuttara samyak sambodhi / Anuttara samma sambuddha, bukankah didalam pikiran Guru tiada sesuatu yang dicapainya???
Sang Buddha menjawab:, itulah tepat, Subhuti. Ketika kami mencapai Anuttara samma sambuddha, kami tidak merasakan sebagai terdapat didalam pikiranku, sesuatu konsepsi-konsepsi pengantara tentang Dharma, sekalipun yang terkecil. Bahkan perkataan Anuttara Samyak sambodhi itupun hanya sebagai perkataan-perkataan belaka.
Lebih-lebih pula, Subhuti, apa yang kami telah mencapai didalam Anuttara samyak sambodhi / Anuttara samma sambuddha adalah serupa dengan apa yang orang-orang lain telah mencapai. Hal ini adalah sesuatu yang tidak dapa dibeda-bedakan, tidak dapat dipandang sebagai sesuatu keadaan yang tinggi, tidak pula sebagai keadaan yang rendah. Dia seluruhnya berdiri bebas, tidak bersandarkan kepada sesuatu atau pengantara yang manapun, baik mengenal aku pribadi, atau aku-aku lain, makhluk-makhluk hidup maupun suatu aku universal.


Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Religi dengan judul Kesempurnaan Kebijaksanaan Luhur (Prajñā Pāramitā). Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://anekaforall.blogspot.com/2014/05/kesempurnaan-kebijaksanaan-luhur-prajna.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: irawan - Sunday, June 1, 2014

Belum ada komentar untuk "Kesempurnaan Kebijaksanaan Luhur (Prajñā Pāramitā)"

Post a Comment