Monyet jadi tukang kebun
Cerita ini terjadi sebelum Hari
Tahun Baru di Benares – India Utara pada masa yang sangat lampau. Setiap orang
di kota itu, termasuk tukang kebun di taman peristirahatan raja, sedang sibuk
mempersiapakan perayaan yang akan diadakan tiga hari lagi.
Saat itu, di taman peristirahatan
tersebut hiduplah segerombolan besar monyet. Mereka selalu mendengarkan nasehat
pemimpin mereka, raja monyet, sehingga mereka tidak perlu berpikir terlalu
banyak.
Karena tukang kebun kerajaan itu
ingin merayakan liburan Tahun Baru sebagaimana orang lain, ia memutuskan untuk
menyerahkan tugasnya kepada para monyet. “oh raja para monyet, temanku yang mulia,
sudikah engkau membantuku?” tanyanya kepada raja monyet. “Apa yang dapat kami
lakukan?” Tanya si raja Monyet. “Tidak sulit, sahabatku.” Jawab si tukang
kebun. “Hari Tahun Baru akan tiba, dan aku ingin merayakannya bersama
keluargaku. Aku akan pergi jauh selama tiga hari penuh. Ada banyak buah,
diantaranya ada buah berri dan kacang yang dapat dimakan di kebun indah ini.
Silakan menjadi tamuku, dan makanlah sebanyak yang kamu dan para pengikutmu
inginkan. Tetapi sebagai balas jasa, tolong sirami pepohonan dan
tumbuh-tumbuhan muda selama aku pergi,” kata si tukang kebun.
“Jangan khawatir temanku! Kami
siap menggantikan tugasmu dan melakukan pekerjaanmu dengan baik! Nikmatilah
liburanmu bersama keluarga!” janji si raja monyet.
Si tukang kebun itu menunjukkan
kepada para monyet di mana ember untuk menyiram di simpan. Merasa yakion tanpa
ragu lagi ia pergi merayakan hari libur besar itu. “Selamat Tahun Baru” seru
para monyet ketika ia akan pergi, dan si tukang kebun hanya melambaikan
tangannya sambil berguman, “Ehm…, Akhirnya aku bisa lega menikmati liburan
bersama istri dan anak-anakku.” “Tralala, tralala… trilili…trilili…. ,” begitu
nyanyian keluarga si tukang kebun.
Esok hari, ketika matahari mulai
menyingsing. Di kebun raja, tampak kesibukan yang luar biasa. Para monyet
mengisi ember-ember, dan mulai menyirami pepohonan dan tumbuhan muda. Tiba-tiba
si raja monyet berseru, “Wahai rakyatku, sangat tidak baik kita memboroskan
air. Air itu sangat dibutuhkan manusia untuk banyak keperluannya, demikian juga
bumi kita,” “Karena itu, cabutlah tiap pohon muda atau tanaman sebelum
menyiramnya, Periksa seberapa panjang akarnya. Berikan air berlebih untuk yang
memiliki akar panjang, dan agak sedikit untuk akar yang lebih pendek. Dengan
cara demikian, kita tidak akan menghambur-hamburkan air dan tukang kebun itu
akan senang!” Demikian perintah si raja monyet.
Tanpa berpikir dua kali, para
monyet yang patuh itu mengikuti perintah rajanya.
Kebetulan saat itu, seorang bijak
sedang melintasi pintu masuk kebun itu. Ia tercengang melihat para monyet
sedang mencabuti pepohonan dan tanaman muda, mengukur akarnya, dan dengan
hati-hati menuangkan air pada lubang di tanah. “Oh monyet-monyet bodoh, apa
yang sedang kalian pikirkan dan kalian kerjakan terhadap kebun raja yang
sebelumnya indah ini? Mengapa kebun raja jadi berantakan seperti ini?,”
tanyanya.
“Kami sedang menyirami
pohon-pohon dan tanaman tanpa usah memboroskan air! Kami di perintahkan raja
kami untuk melakukannya dengan cara seperti ini,” Jawab mereka.
“Oh, jika ini adalah
kebijaksanaan dari yang terbijak di antara kalian – pemimpinmu – apa jadinya
kalian ini? Bermaksud melakukan perbuatan baik, malah sebaliknya kalian
melakukan penghancuran, sungguh bodoh!” kata orang bijak itu. “Entah bagaimana
nasib si tukang kebun nanti apabila raja mengetahui bahwa taman bunganya telah
hancur berantakan.
Pesan moral pada cerita ini adalah
Karena kebodohan semata
dapat mengubah perbuatan baik
menjadi buruk.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Religi
dengan judul Monyet Jadi tukang kebun. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://anekaforall.blogspot.com/2014/07/monyet-jadi-tukang-kebun.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
irawan - Wednesday, July 2, 2014
Belum ada komentar untuk "Monyet Jadi tukang kebun"
Post a Comment