Pedagang Kuda
Pada jaman dahulu kala, di India
utara ada seorang raja yang memerintah Benares.
Ia mempunyai seorang menteri yang di panggil ‘Penetap Harga Kerajaan’ dan ia
adalah orang yang sangat jujur. Tugasnya adalah menetapkan harga yang adil bila
raja ingin mengadakan jual-beli.
Tetapi pada suatu kesempatan,
raja tidak menyukai harga yang di tetapkan oleh si Penetap Harga.Ada banyak
peristiwa di mana raja tidak dapat memperoleh keuntungan sebesar yang di
harapkan, malah ia harus membayar lebih mahal ketimbang yang ia inginkan,
kadangkala ia menjual barang dagangan dengan harga yang ia anggap terlalu
rendah,sehingga akhirnya raja memutuskan untuk mengganti si Penetap harga ini.
Suatu hari, ketika raja pergi keluar istana, ditengah perjalanan ia berjumpa dengan seorang pemuda yang tinggi tegap dan tampan, raja berpikir bahwa pemuda ini tentu sangat cocok menjadi pembantunya sebagai penetap harga yang baru. Lalu ia memutuskan untuk memberhentikan penetap harganya yang lama dan jujur itu, dan menunjuk si pemuda sebagai penggantinya yang baru.
“Aku harus menyenangkan raja
dengan menetapkan harga pembelian yang sangat rendah dan menjual barang-barang
dengan harga yang sangat tinggi.” Pikir si penetap harga yang baru ini. Maka,
ia memulai pekerjaannya dengan menetapkan harga yang tak masuk di akal, ia
tidak peduli berapa nilai dasar dari barang-barang tersebut. Tentu saja hal ini
membuat raja sangat gembira karena raja memperoleh banyak keuntungan. Tetapi
semua pedagang yang berhubungan dagang dengan si penetap harga baru ini,
termasuk para menteri kerajaan lain dan rakyat biasa, menjadi tidak senang
karena sangat dirugikan.
Suatu hari, ada seorang pedagang
kuda yang tiba di Benares. Ia memiliki 500
ekor kuda untuk di jual. Ada
kuda jantan, kuda betina dan anak-anak kuda. Mendengar berita itu, raja
mengundang si pedagang kuda itu ke istananya, dan memanggil si penetap harga
kerajaan untuk menilai harga keseluruhan kuda-kuda itu. “Menteriku, berapakah
harga kawanan kuda ini?” Tanya raja. Untuk menekan harga, si penetap harga
berkata, “Baginda raja, tampaknya kuda-kuda ini kurang menarik. Lihatlah,
kuda-kudanya kurus dan tidak terawat.” “Tidak mengapa menteriku, setelah diberi
makan tentu kuda-kuda ini dapat dipekerjakan sebagai pengangkut barang,” jawab
raja.
Berpikir hanya untuk menyenangkan hati raja, si penetap harga menjawab, “Keseluruhan kawanan kuda ini hanya bernilai semangkuk beras.” Mendengar hal ini, tanpa menghiraukan pedagang kuda yang sedang kelimpungan karena ulah si penetap harga itu, raja segera memerintahkan bendahara kerajaan untuk membayar dengan semangkuk beras ke pedagang kuda, lalu seluruh kuda itu digiring ke kandang kuda kerajaan.
Berpikir hanya untuk menyenangkan hati raja, si penetap harga menjawab, “Keseluruhan kawanan kuda ini hanya bernilai semangkuk beras.” Mendengar hal ini, tanpa menghiraukan pedagang kuda yang sedang kelimpungan karena ulah si penetap harga itu, raja segera memerintahkan bendahara kerajaan untuk membayar dengan semangkuk beras ke pedagang kuda, lalu seluruh kuda itu digiring ke kandang kuda kerajaan.
Pedagang itu menjadi sangat
sedih, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa pada saat itu. “Hai pedagang kuda,
engkau telah kehilangan kuda-kudamu dengan tidak layak. Pergilah engkau ke
mantan penetap harga. Mintalah nasehatnya,” saran pedagang beras, “Ya, pergilah
segera, ia sangat bijaksana dan mungkin dapat menolongmu,” kata pedagang
lainnya, “Dimana rumahnya pak?” Tanya pedagang kuda. “Rumahnya tidak jauh dari
pasar ini. Ikuti jalan di sebelah sana,
lalu belok ke kiri. Rumahnya beratap ilalang, asri dengan pohon buah-buahan di
perkarangannya,” sahut yang lain memberi petunjuk. “Ya terima kasih
saudara-saudaraku, aku akan segera ke sana,”
jawab si pedagang kuda lesu.
Tanpa menunggu lama, ia segera
menuju rumah mantan penetap harga yang terkenal adil dan jujur itu. Setelah
tiba, ia mengetuk pintu sambil berseru : “Permisi, apakah ini rumah mantan
penetap harga kerajaan?” “Ya, siapakah saudara?, adakah yang bisa kami Bantu?”
jawab seorang pria berambut putih yang keluar dari dalam rumah. “Ah, jika bapak
tidak berkeberatan, ada sesuatu yang ingin saya bincangkan dengan bapak,” jawab
si pedagang kuda, “Ayo, silahkan masuk dan duduk di dalam saudaraku” bapak tua
itu mempersilahkan tamunya masuk dan duduk di ruang tamu. “Tampaknya kau
terlalu lelah, akan kuambilkan minuman untukmu. Silahkan beristirahat sejenak,”
kata si bapak tua sambil masuk ke dalam rumah. “Terima kasih pak tua.”
Setelah meneguk minuman yang
disajikan, Pedagang kuda mulai bercerita, “Begini bapak tua yang bijaksana,
saya pedagang kuda yang datang dari kerajaan tetangga…… “ dan si pedagang kuda
itu pun menceritakan semua peristiwa yang menimpanya. Pedagang kuda memohon
pendapat mantan penetap harga kerajaan, dan berupaya memperoleh keadilan berupa
penetapan harga yang sesuai atas kuda-kudanya yang harus di bayar raja. “Oh,
ini akibat ulah si penetap harga yang baru itu. Jangan Khawatir. Jika kamu
melakukan apa yang aku katakan , raja akan merasa puas atas harga sesungguhnya
dari kuda-kudamu itu,” jawab si bapak tua itu. “Kembalilah ke penetap harga itu
dan berikan dia hadiah-hadiah berharga. Lalu mintalah dia untuk menetapkan
harga semangkuk beras dihadapan raja. Jika dia setuju, kembali dan katakana
kepadaku. Aku akan mendampingmu menghadap raja,” saran si mantan penetap harga
itu.
Mengikuti nasehat, si pedagang
mendatangi penetap harga kerajaan dengan menghadiahkan barang-barang berharga.
Hadiah itu membuat si penetap harga baru ini sangat gembira dan lupa diri.
Penetap harga ini mulai berpikir bahwa akan menguntungkan baginya jika ia dapat
membuat pedagang kuda senang. “Aku sangat gembira atas penilaianmu yang
sebelumnya,” kata si pedagang. “Dapatkah kamu meyakinkan raja atas nilai
semangkuk beras” “Kenapa tidak?” , jawab si penetap harga dengan sombong. “Aku
akan menjelaskan nilai semangkuk beras di hadapan raja,” jawab si penetap harga
yang bodoh itu.
Percaya bahwa si pedagang kuda
puas dengan semangkuk berasnya, penetap harga yang baru ini mengatur pertemuan
dengan raja, sebelum pedagang kembali ke Negara asalnya. Pedagang itu
melaporkan hal tersebut ke mantan penetap harga, kemudian mereka bersama pergi
menemui raja.
Karena keingintahuan, semua
menteri-menteri raja dan seluruh penghuni istana berkumpul dalam bangsal
pertemuan kerajaan. “Tuanku, aku paham bahwa di negaramu, 500 kawanan kudaku
hanya bernilai semangkuk beras. Sebelum aku pulang ke negeriku, aku ingin
memahami berapakah nilai semangkuk beras di negerimu ini?,” kata pedagang kuda
kepada raja. Raja berpaling ke penetap harganya dan bertanya, “Berapakah nilai
semangkuk beras?”
Sebelumnya, untuk menyenangkan
raja, si penetap harga bodoh ini telah menghargai sekawanan kuda hanya senilai
semangkuk beras. Sekarang, setelah menerima suap dari pedagang kuda, dan tanpa
menghiraukan kekuasaan raja. Hanya untuk menyenangkan si pedagang kuda, ia
menjawab pertanyaan raja dengan angkuh, “Rajaku, semangkuk beras ini hanya
bernilai sama dengan kota Benares, bahkan termasuk
kediaman selir, dan semua kota-kota sekeliling Benares.
Dengan kata lain, sama nilainya dengan keseluruhan kerajaan Benares!”
Mendengar hal ini,
menteri-menteri kerajaan dan orang-orang bijaksana di ruang pertemuan kerajaan
itu tak dapat menahan tawa mereka, semua mulai tertawa keras, terbahak-bahak
dengan tangan yang terayun-ayun. “Sebelumnya, kami mendengar bahwa kerajaan ini
tidak ternilai. Sekarang kami mendengar bahwa semua Benares,
dengan istana-istana dan rumah-rumah besarnya, hanya senilai semangkuk beras!,”
ejek orang-orang yang hadir.
“Keputusan dari ‘Penetap Harga
Kerajaan’ ini sangat tidak masuk akal!” seru yang lain. “Ya, dimana rajaku
menemukan orang seperti ini?,” sindir kelompok orang lain. “Dia hanya berguna
untuk menyenangkan hati raja sepertimu,” seru kelompok lainnya lagi. “Ya, dia
tidak berlaku adil terhadap pedagang kuda, dia telah mempermalukan kerajaan
kita!,” kata menteri-menteri dan orang-orang bijak ketika mereka telah tenang
kembali.
Mendengar tawa dari seluruh
penghuni istana dan kata-kata dari para menteri dan penasehatnya, raja menjadi
malu dan sadar atas perbuatannya bersama penetap harga baru tersebut. Tanpa
banyak bicara lagi, raja mengusir penetap harga yang bodoh itu dan segera
mengangkat kembali penetap harga lamanya, dan menyetujui harga baru yang adil
bagi kawanan kuda sebelumnya, sebagaimana yang di tetapkan oleh penetap harga
yang jujur itu. Setelah mendapat pelajaran ini, raja berlaku adil dan berkat
kecakapan yang dilandasi kejujuran menteri penetap harga serta para menteri
lainnya, kerajaan menjadi damai dan makmur.
Pesan moral dalam cerita ini adalah
Jika orang bodoh di tempatkan
Pada posisi jabatan tinggi
Dapat mempermalukan kita
Bahkan terhadap seorang raja sekalipun.
Kebodohan dan keserakaan.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Religi
dengan judul Cerita Pedagang Kuda. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://anekaforall.blogspot.com/2014/06/800x600-normal-0-false-false-false-en.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
irawan - Friday, June 13, 2014
Belum ada komentar untuk "Cerita Pedagang Kuda"
Post a Comment